Melansir CBNC Indonesia (23/07/2025), dilaporkan bahwa setidaknya terdapat 21 anak meninggal di Rumah Sakit As-Shifa, Gaza Palestina dalam kurun waktu 72 jam yang disebabkan malnutrisi. Artinya, dalam sehari terdapat 7 anak yang tewas akibat kurang gizi.
Di sisi lain, seperti diberitakan SindoNews (26/07/2025), di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di wilayah Gaza, Lembaga Penyiaran Israel memberitahukan bahwa militer Israel telah memusnahkan puluhan ribu paket bantuan yang dikirim dari berbagai negara. Mayoritas bantuan yang dihancurkan oleh Zionis adalah makanan dan obat-obatan yang dangat dibutuhkan oleh penduduk Gaza yang kelaparan.
Genosida Gaya Baru
Gaza tidak hanya sedang menghadapi serangan militer saja. Melainkan fakta-fakta yang ada, membuktikan bahwasannya Gaza sedang mengalami kelaparan secara sistemik alias pelaparan yang diciptakan oleh Zionis Yahudi. Betapa kejinya mereka terhadap Gaza.
Bantuan logistik dan obat-obatan yang masuk ke wilayah Gaza hanya sebatas simbolik. Namun pada faktanya, penduduk Gaza yang berusaha mengambil bantuan tersebut tidak sedikit yang berakhir dengan kematian. Tidak hanya menjadi sasaran dan target penembakan Zionis, tetapi resiko meninggal karena terinjak-injak sesama penduduk Gaza juga tinggi, mengingat jumlah penduduk Gaza yang mengambil bantuan tersebut sangat banyak dan saling berdesakan.
Pelaparan Sistemik
Negara Palestina yang saat ini tengah dikuasai dan dijajah oleh Zionis Yahudi, secara geografis terletak di antara negara-negara Arab. Namun, apa yang sedang dialaminya sama sekali tidak dapat mengetuk pintu hati pemimpin-pemimpin bangsa Arab.
Sejak Oktober 2023 hingga kini 2025 tidak ada perubahan tindakan sama sekali dari para pemimpin bangsa Arab dalam menangani masalah ini kecuali hanya sekedar mengutuk dan mengirimkan bantuan logistik. Sedangkan bantuan logistik pun pada faktanya tidak dapat tersalurkan kepada penduduk Gaza.
Tembok-tembok besar nasionalisme masih bercokol kuat, bahkan telah mendarah daging dalam hati dan pemikiran mereka. Sehingga, mereka tidak peka dengan penderitaan saudara-saudaranya yang Muslim disana. Kepentingan saudara muslimnya tak lagi menjadi urusannya. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah mengingatkan kita di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan menyebutkan bahwa perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam. Dan begitulah seharusnya sikap orang-orang Muslim dengan saudara Muslim lainnya.
Namun, pada kenyataannya masih saja terjalin kerjasama di antara bangsa-bangsa Arab dengan Zionis Yahudi dan pendukungnya, yaitu Amerika Serikat yang merupakan dalang dibalik terjadinya genosida di Gaza, Palestina. Fakta tersebut telah cukup menunjukkan bahwasannya bangsa-bangsa Arab saat ini tidak lagi menjadikan Islam sebagai dasar dalam mengatur negaranya. Tetapi menjadi alat sekaligus pembebek Kapitalisme. Padahal telah jelas perintah Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 59 yang menyeru orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah, Rasulullah SAW, dan ulil amri di antara umat Islam. Lebih lanjut Allah SWT menjelaskan bahwa jika diantara Umat Islam berlainan pendapat tentang sesuatu, maka diperintahkan untuk kembali kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya).
Dari ayat di atas juga telah jelas, bahwa Umat Islam diperintahkan untuk mengembalikan semua permasalahan kepada Allah dan Rasul SAW, bukan kepada manusia, lebih-lebih kepada Amerika dan Zionis Yahudi.
Rasulullah SAW dan para sahabat pun sudah sering mencontohkan bagaimana seorang pemimpin mengatur negaranya. Yaitu dengan Islam yang diawali penerapannya oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para sahabat dan khalifah setelah Rasulullah wafat dalam sebuah naungan negara Islam yaitu Khilafah. Khilafah adalah satu-satunya sistem negara yang terbukti tidak memecah belah kaum muslimin. Tidak ada tembok-tembok pemisah baik secara fisik maupun pemikiran. Sehingga benar-benar menjadi satu tubuh yang saling peduli dengan aksi. Menjaga umat muslim tetap dalam batasan Islam, menjaga darah, harta dan kehormatan rakyatnya. Hal ini telah terbukti selama kurang lebih 14 abad lamanya, khilafah mampu mengurus urusan rakyatnya dengan gemilang. Menyatukan tujuan dan kepentingan hanya untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Bukan untuk melindungi kepentingan pribadi. Maka hanya khilafah yang pantas menjadi sistem negara Islam di atas muka bumi ini. Tiada yang lain. Baik itu Kapitalisme yang menjadi adidaya saat ini, maupun komunisme.
Maka solusi bagi Gaza, hanya dengan penegakan khilafah sebagai penegak dan menerapkan aturan negara yang bersumber pada syari’at Islam. Tidak ada lagi kompromi dengan negara yang menjajah kaum muslimin. Tidak ada lagi ketakutan kepada negara yang menghancurkan Palestina. Seorang perempuan yang disingkap jilbabnya oleh seorang Yahudi saja dikirim militer. Apalagi jutaan kaum muslimin Gaza yang dijajah selama bertahun-tahun. [Ummu Maryam (Pegiat Literasi Islam)]
Wallahua’lam.